MALAM PEMBUKAAN ASEAN LITERARY FESTIVAL II

JAKARTA – ASEAN Literary Festival (ALF) II kembali digelar dengan tema ‘A Tribute to Sitor Situmorang’ pada Kamis (19/03) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tema ini sengaja dipilih karena ALF II didedikasikan kepada sastrawan Indonesia, Sitor Situmorang.

“Sitor Situmorang dijadikan tema pada malam ini karena pengaruhnya yang besar dalam kesusastraan Indonesia. Dan salah satu upaya agar Sitor lebih dikenal oleh generasi muda Indonesia.” Jelas Abdul Khalik, selaku direktur pelaksana ALF dalam pidato sambutannya.

Setelah sukses dengan ALF 2014 yang digelar selama tiga hari dan didekasikan untuk Widji Thukul, ASEAN Literary Festival kembali digelar untuk kedua kalinya selama seminggu bertajuk “Questions of Conscience”.

Acara ini dibuka dengan penampilan 4 penari membawakan tari kontemporer karya Nabilla Rasul, yang menginterpretasikan puisi Sitor Situmorang berjudul ‘Dia dan Aku’ ke dalam tariannya.

Dilanjutkan oleh Khrisna Pabichara bersama  Binar Mentari Malahayati membacakan beberapa puisi terbaik Sitor Situmorang, seperti ‘Shanghai’, ‘Pesan 3 Petani Boyolali’, dan lainnya.

Dengan bahasa Inggrisnya yang fasih, Binar Mentari berhasil membuat tamu undangan berdecak kagum melihatnya. Berbeda dengan Khrisna Pabichara yang membacakan puisi dengan bahasa Indonesia, namun penghayatan ekspresi dan pendalaman jiwanya berhasil membuat penonton standing applause.

Beberapa puisi karya Sitor Situmorang lainnya juga disampaikan melalui musikalisasi. Ananda Sukarlan, seorang pianis Indonesia, kali ini mengajak Nikodemus Lukas, penyanyi muda bersuara emas asal Surabaya untuk berkolaborasi.

Ananda Sukarlan membuka penampilannya dengan ‘Rhapsodia Nusantara No. 1’, dilanjutkan dengan kolaborasi membawakan puisi berjudul ‘Surat Kertas Hijau’ dan ‘Malam Kebumen’. Selain itu, Ananda Sukarlan dan Nikodemus Lukas juga membawakan puisi panjang Sitor Situmorang yang ditulis tahun 1955, ‘La Ronde’.

Seorang tokoh penting Myanmar yang pernah dipenjara selama 6 tahun demi membela demokrasi, Ma Thida, turut hadir memberikan kuliah umum bertajuk “Bagaimana Sastra Berperan Dalam Kemerdekaan dan Demokrasi”.

Malam pembukaan ALF II ditutup dengan penampilan Signmark, rapper difabel yang terlahir tuna rungu namun berkelas dunia. Signmark membawakan karya-karya musik dari 3 albumnya yang sudah dirilis.

“Kalian harus banyak belajar dan membaca, karena membaca itu sangat penting. Tulis sejarahmu, tulis masa depanmu. Teruslah membaca dan menulis.” Ujar Laura Schuumans, selaku MC Asean Literary Festival II ketika ditemui di akhir acara.

Asean Literary Festival II berlangsung mulai 15 hingga 22 Maret 2015, dengan rangkaian acara seperti pemutaran film, workshop menulis, dan tur sastra dari 15 – 19 Maret. Serta  workshop dan diskusi sastra selama tiga hari berturut-turut dari 20 – 22 Maret 2015.

Asean Literary Festival II diikuti oleh penulis, kritikus, penerbit, seniman, akademisi dari 20 negara ASEAN dan luar ASEAN. Jumlah ini lebih besar dari tahun sebelumnya, yang hanya diikuti 14 negara. (SEPTIE NURMALASARI)

Leave a comment